Minggu, 04 Desember 2011

belum selesai


Senja merona pelan. Mentari tinggal separuh ditenggelamkan samudra. Dan aku masih duduk disini, menatap cahaya jingga yang dipermainkan ombak. Meliuk-liuk jariku, menggores tepian pantai. Mencoba menggambar sketsa wajahmu.
            “Nadya…”
            Tiba-tiba suara khasmu membuyarkan konsentrasiku.
            “ayah…” . aku melongok tak percaya.
            “ayah, kau kah itu?”
            “kemarilah nak” dan aku menghambur kepelukanmu. Menangis sejadi-jadinya menumpahkan rindu yang terperih.
            “setiap hari aku menanti ayah disini, aku sudah kehilangan ibu, aku takut ayah juga akan…”
            “ssst, jangan dilanjutkan nak, ayo ayah lelah sekali.”