Mimpi itu dan segala sesuatu yang memecah putih kakimu
Oleh: imam Apriansyah
1
Melintasi
barisan-barisan sandal jepit itu, tempat dimana kau rebahkan keinginanmu
memanjakan kakimu yang dipecah kerikil.
Tiap hari sepasang matamu rajin mencumbui harum sandal baru,
setiap subuh kau terburu-buru mengumpulkan keringat untuk ditukar dengan lekat
sandal dikakimu. Dan Ketika keringat terlanjur mengucur deras, ingatanmu
mengelupas pada sekedar sandal jepit baru. butir beras yang tanak untuk kau
suapkan di perutku yang manja, memetaforakan senyum dikakimu yang pecah-pecah.
2
Pernah suatu hari kau berbisik ditelingaku, tentang sebuah
gambar yang kau pajang di dinding doamu; kapan
emak bisa kesana, telunjukmu yang sayu itu mengelus potret ka’bah. Celengan
ayam yang kau simpan dibawah meja, disana terselip harum mimpi yang kau kemas
dalam setiap tuma’ninah. Aku menyelimuti mataku yang gemetar, meminta
bibir-bibir waktu tak mengecup penyesalan. Dan Sebelum penuh celengan, aku
ingin mandi dengan air mataku sendiri.
3
Seumpama kaki dan mimpimu adalah segores syair, barangkali
jariku tak akan mampu meremajakanmu dalam sebaris puisi. Meski mata dan penaku
bersusah payah menghabiskan usianya; memperpendek laju cinta yang menggumpal
sebagai sebentuk rindu, aku ingin meletakkan semburat kecupan dibibir kakimu
yang surga.Ibu.
Pagaralam, 07 februari 2012