Senin, 06 Februari 2012

Mimpi itu dan segala sesuatu yang memecah putih kakimu


Mimpi itu dan segala sesuatu yang memecah putih kakimu

Oleh: imam Apriansyah

1
Melintasi  barisan-barisan sandal jepit itu, tempat dimana kau rebahkan keinginanmu memanjakan kakimu yang dipecah kerikil.
Tiap hari sepasang matamu rajin mencumbui harum sandal baru, setiap subuh kau terburu-buru mengumpulkan keringat untuk ditukar dengan lekat sandal dikakimu. Dan Ketika keringat terlanjur mengucur deras, ingatanmu mengelupas pada sekedar sandal jepit baru. butir beras yang tanak untuk kau suapkan di perutku yang manja, memetaforakan senyum dikakimu yang pecah-pecah.

2
Pernah suatu hari kau berbisik ditelingaku, tentang sebuah gambar yang kau pajang di dinding doamu; kapan emak bisa kesana, telunjukmu yang sayu itu mengelus potret ka’bah. Celengan ayam yang kau simpan dibawah meja, disana terselip harum mimpi yang kau kemas dalam setiap tuma’ninah. Aku menyelimuti mataku yang gemetar, meminta bibir-bibir waktu tak mengecup penyesalan. Dan Sebelum penuh celengan, aku ingin mandi dengan air mataku sendiri.

3
Seumpama kaki dan mimpimu adalah segores syair, barangkali jariku tak akan mampu meremajakanmu dalam sebaris puisi. Meski mata dan penaku bersusah payah menghabiskan usianya; memperpendek laju cinta yang menggumpal sebagai sebentuk rindu, aku ingin meletakkan semburat kecupan dibibir kakimu yang surga.Ibu.

Pagaralam, 07 februari 2012

Minggu, 05 Februari 2012

Sajak Pelayaran Iman


Sajak Pelayaran Iman

Oleh: Imam Apriansyah

-Di selembar rasa itu
Ia mencoba memahat ukiran surat disemburat rindu.
lama ia cairkan gumpalan air mata yang hendak merebahkan riciknya disajadah.

- Terlalu khusyuk ia menengadahkan doa, hingga lupa topik apa yang akan ia tulis.
Ah Tuhan memang selalu pintar memahami maksud hambaNya. Hinnga tak ada doa yang kekal tanpa jawaban.

-         Sesekali tinta yang ia toreh dicumbui debu, kertas putih berubah lumut yang mengakar sebagai sebentuk noda. Ia menangisi dirinya sejadinya, hingga menenggelamkan kertas yang ia buat selayak bahtera- mainan masa kanak-kanaknya. Berlayar di lautan bening doa, mencari muara yang begitu sulit untuk disinggahi. sebentuk badai dan hujan kerap mengganggu pelayaran imannya. Namun jiwanya tak henti bermimpi menemui dermaga.


-         dalam hening malam ditengah samudra ia bersimpuh pasrah, mencoba memahat kembali kapalnya:Ya Rabb, meski lemah kapal yang kutumpangi. Meski aku hanyalah nahkoda yang memetakan jalur pelayaran sendiri, mengeja cuaca yang kadang tak baik tuk dilayari. Lewat iman yang memucat, dan sepasang kitab yang kau titipkan pada ia sang kekasih yang berwajah purnama. Aku ingin terus menjelajahi cintamu yang permata.

Pagaralam 06 februari 2012 11;53