Alasan inilah yang hendak kita baca;
sejak kita memulai pertaruhan yang ingin segera kita
tuntaskan
pelan-pelan kita mengumpulkan kalimat;
sesungguhnya dada kita
telah gontai menampung harapan-harapan.
Sudah berkertas-kertas kita tuliskan cita-cita. Di skripsi
kita, catatan-catatan, atau bantal tempat kita menidurkan kelelahan-kelelahan. Dan
malam begitu paham; kepada kita yang kerap ditumbuhi kecemasan-kecemasan.
Kemudian yang menjadikan
mata kita begitu khusyuk memandangi kepuasan, kerja keras kita ini, keluh kesah
ini; kelak akan membayar keringat yang pernah melipat-lipat kita. Hingga kita
lupa toga yang kita lempar di atas kepala, adalah hal paling membuat kita tak
mampu berkata-kata selain;’’dan takdir memang kita lah yang menentukan’’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar